TENTANG KAMI

Foto saya
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Kami lahir untuk semua.

Sabtu, 07 Mei 2011

MATERI AJAR


PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

 

I. Pendahuluan

Selaras dengan tuntutan kompetensi yang harus dimiliki guru (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesi), pengembangan bahan ajar (materi pembelajaran) dan media merupakan salah satu kewajiban yang diemban guru untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki, pada gilirannya dapat meningkatkan eksistensinya sebagai guru yang profesional. 
Permasalahan lain yang ada sekarang ini adalah pemahaman guru yang bervariasi tentang KTSP. Perbedaan pemahaman akan berdampak pada penjabaran kemampuan-kemampuan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga berakibat makin lebarnya variasi terhadap pemahaman dalam pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.
Pemilihan bahan ajar dan media pembelajaran terkait erat dengan pengembangan silabus, yang di dalamnya terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, metoda, evaluasi dan sumber. Selaras dengan pengembangan silabus maka materi pembelajaran yang akan dikembangkan  sudah semestinya tetap memperhatikan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian dengan materi pokok yang diajarkan, mendukung pengalaman belajar, ketepatan metoda dan media pembelajaran, dan sesuai dengan indikator untuk mengembangkan asesmen.
Pedoman pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran ini merupakan rambu-rambu yang perlu diperhatikan ketika mengembangkan bahan ajar dan media pembelajaran. Sejumlah manfaat yang dapat dipetik dari pedoman pengembangan bahan ajar dan media  pembelajaran ini bagi para pengembang bahan ajar dan media  pembelajaran (dalam hal ini adalah guru) di antaranya adalah untuk:
1)       memperoleh gambaran tentang cara menganalisis bahan ajar dan media yang akan diajarkan;
2)       memperoleh gambaran tentang cara-cara analisis pedagogik yang akan diterapkan dalam pembelajaran;
3)       dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengelola bahan ajar dan media pembelajaran;
4)       lebih kritis menyesuaikan bahan ajar dan media yang dikembangkannya dengan karakteristik siswa;
5)       dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan kurikulum sekolah;
6)       berpeluang menjadi guru yang profesional terkait  dengan kompetensi pedagogis, kompetensi profesi, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

II. Pengertian Bahan Ajar (Materi Pembelajaran)

Materi pembelajaran  terdiri dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) pada standar isi yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
Contoh sederhana  materi pembelajaran  adalah sebagai berikut. Untuk Kompetensi Dasar (KD) 6.1:  Mengidentifikasi ciri­-ciri makhluk hidup. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan KD ini meliputi ciri-ciri makhluk hidup, yakni bergerak, tumbuh dan berkembang, bernafas, membutuhkan makan, peka terhadap rangsangan, mengeluarkan zat sisa dan berkembang biak. Namun, seberapa dalam dan seberapa luas materi pembelajaran ini untuk siswa kita, dari mana saja sumber materi pembelajaran ini dapat kita peroleh, dan bagaimana mengemas materi pembelajaran ini, tentu saja memerlukan pemahaman yang lebih dalam tentang  pengembangan materi pembelajaran.

A.     Isi Materi Pembelajaran
1. Pengetahuan sebagai Materi Pembelajaran
Isi materi pembelajaran yang berupa pengetahuan meliputi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Kadang-kadang kita sulit memberi pengertian pada keempat materi pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, perhatikan perbedaan-perbedaan pada tabel kualifikasi isi materi pembelajaran di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi isi materi pembelajaran dalam ranah pengetahuan
No
Jenis

Pengertian

1
Fakta
Mudah dilihat, menyebutkan nama, jumlah, dan bagian-bagiannya.
Contoh:
Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945; Seminggu ada 7 hari; Ibu kota Negara RI Jakarta; Ujung Pandang terletak di Sulawesi Selatan.
2
Konsep
Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus
Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana.
3
Prinsip
Penerapan dalil, hukum, rumus, (diawali dengan jika …., maka …. )
Contoh:
a.       Hukum permintaan dan penawaran (Jika penawaran tetap permintaan naik, maka harga akan naik).
4
Prosedur
Bagan arus atau bagan alur (flowchart), alogaritma langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut
Contoh:
Langkah-langkah menjumlahkan pecahan ialah:
1.       Menyamakan penyebut
2.       Menjumlahkan pembilang dengan dengan pembilang dari penyebut yang telah disamakan.
3.       Menuliskan dalam bentuk pecahan hasil penjumlahan pembilang dan penyebut yang telah disamakan.

2.   Keterampilan sebagai Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan antara lain kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level terampilnya seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi gerak awal, semi rutin, dan rutin (terampil). Keterampilan perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa/peserta didik dengan memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan siswa itu agar mampu mencapai penguasaan keterampilan bekerja (pre – vocational skill) yang secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup (life skill).

3.  Sikap atau Nilai sebagai Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai adalah materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain:
a)       Nilai–nilai kebersamaan, mampu bekerja berkelompok dengan orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata sosial;
b)       Nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan observasi, eksperimen, tidak memanipulasi data hasil pengamatannya;
c)       Nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang mempunyai karakter sama dan kemampuan sosial ekonomi yang berbeda semua sama-sama makhluk Tuhan;
d)       Tolong menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan tanpa meminta dan mengharapkan imbalan apapun;
e)       Semangat dan minat belajar, mempunyai semangat, minat, dan rasa ingin tahu;
f)        Semangat  bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras, belajar dengan giat;
g)       Mau menerima pendapat orang lain bersikap legowo, mau di kritik, menyadari kesalahannya sehingga saran dari teman /orang lain dapat diterima dan tidak sakit hati.

III. Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi pembelajaran

A. Prinsip

Ada sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan materi pembelajaran atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip yang dimaksud meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar dan standar isi. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa satu macam, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan juga harus meliputi satu macam. Misalnya Kompetensi Dasar 6.3  Mendeskripsikan  keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme, maka kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan mendeskripsikan  keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme. Dalam hal ini meliputi kemampuan melihat keragaman tingkat seluler (misalkan membedakan antara sel hewan dan tumbuhan), keragaman jaringan pada hewan dan tumbuhan (membedakan perbedaan macam jaringan yang dimiliki sel hewan dan tumbuhan), begitu juga dengan kemampuan untuk mendeskripsikan macam-macam organ pada tumbuhan dan hewan yang akan menyusun suatu organisme.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

B. Cakupan dan Urutan Materi pembelajaran
Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran.

1. Cakupan materi pembelajaran
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu:
a)       aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur);
b)       aspek afektif; dan
c)       aspek psikomotorik.
Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut
a)       keluasan materi, adalah menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran; dan
b)       kedalaman materi, adalah seberapa detail konsep-konsep yang harus dipelajari/dikuasai oleh siswa.
Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD, SMP, dan SMA, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SMP aspek kimia dipelajari terbatas tanpa mempelajari reaksi kimianya. Di SMA reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari, dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari proses fotosintesis semakin diperdalam.
Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada siswa tentang ekosistem, maka uraian materinya mencakup penguasaan atas: (1) konsep-konsep/pengertian dalam ekosistem;  (2) komponen-komponen ekosistem; dan (3) penerapan pengetahuan tentang ekosistem untuk kesejahteraan manusia.

 2. Penentuan urutan  materi pembelajaran
  Urutan penyajian (sequencing) materi pembelajaran sangat penting. Tanpa urutan yang tepat, akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya, terutama untuk materi yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.  Misalnya  materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis.
a.       Pendekatan prosedural
Urutan materi pembelajaran secara prosedural yang menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan  kamera video.
b.      Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari mudah ke sulit, atau dari yang sederhana ke yang kompleks.
Contoh urutan hierarkis  (berjenjang):
Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil).

Urutan hirarkis dapat pula ditampilkan melalui peta konsep, seperti contoh di bawah ini.

IV.  Langkah-Langkah Pengembangan Materi Pembelajaran

            Sebelum melaksanakan pemilihan materi pembelajaran, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran. Kriteria pokok pemilihan materi pembelajaran adalah standar kompetensi lulusan, standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi pembelajaran yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan materi pembelajaran haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
            Setelah diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran, sampailah kita pada langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran. Secara garis besar langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran meliputi:
1)       mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pengembangan materi pembelajaran;
2)       mengidentifikasi jenis-jenis materi materi pembelajaran;
3)       memilih materi pembelajaran  yang sesuai atau relevan  dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi; dan
4)       memilih sumber materi pembelajaran dan selanjutnya mengemas materi pembelajaran tersebut.
Alur pemilihan materi pembelajaran ini dapat dilihat dalam bagan berikut.


 













Secara lengkap, langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut.

A.   Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Perlu ditentukan apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari siswa termasuk aspek atau ranah:
1.       Kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, analisis, dan penilaian.
2.       Psikomotorik yang meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin.
3.       Afektif yang meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau materi pembelajaran yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.

B.   Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur, seperti telah diuraikan di depan.

C.   Memilih jenis materi yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan  kompetensi dasar
Pemilihan jenis materi harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu, perlu diperhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Sebagaimana disebutkan di point B di atas, materi yang akan diajarkan  perlu diidentifikasi  apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada  satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya, sebab setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran



 
























D.   Memilih sumber materi pembelajaran
1. Sumber Materi pembelajaran    
Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber materi pembelajaran. Materi pembelajaran atau materi pembelajaran dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dan sebagainya.
  1. Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber materi pembelajaran. Buku teks yang digunakan sebagai sumber materi pembelajaran untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
  1. Laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber materi pembelajaran yang atual atau mutakhir.
  1. Jurnal (penerbitan hasil penelitian  dan pemikiran ilmiah)
Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber materi pembelajaran. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.
d.      Pakar bidang studi
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber materi pembelajaran. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau materi pembelajaran, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dan sebagainya.
  1. Profesional
Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu materi pembelajaran yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.
  1. Standar Isi
Standar ini penting untuk digunakan sebagai sumber materi pembelajaran, karena berdasar itulah SKL, SK, dan KD dapat ditemukan.
  1. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan materi pembelajaran suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber materi pembelajaran.
  1. Internet
Materi pembelajaran dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber materi pembelajaran. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.
  1. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula materi pembelajaran untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi.
  1. Lingkungan ( alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi)
Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber materi pembelajaran. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagai sumber.
2.  Bahan Pertimbangan Pemilihan Materi pembelajaran
Cakupan matapelajaran adalah sedemikian luasnya sehingga pemilihan mana-mana yang akan dipakai sebagai materi pembelajaran yang kita ”sajikan” untuk dipelajari siswa merupakan keputusan yang relatif sulit, walaupun kita telah berhasil mengidentifikasikan materi pembelajaran secara global dengan mencermati SK dan KD seperti yang telah diuraikan di atas. Sebagai contoh, mari kita perhatikan KD 5.1: menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mencermati KD ini, tampak bahwa materi pembelajaran inii berupa 3 hukum Newton tentang gerak, dan termasuk kategori prinsip. Namun, seberapa dalam materi pembelajaran harus disampaikan kepada siswa? Apakah sampai pada tataran kuantitatif? Kehidupan sehari-hari seperti apakah yang relevan dengan kehidupan siswa baik sebagai siswa maupun sebagai generasi muda, dan warga negara?
 Setelah berhasil menemukan materi pembelajaran secara global, berikut ini beberapa pertimbangan untuk pemilihan rincian materi pembelajaran, diadaptasi dari Collete dan Chiappetta (1994).


3.  Jenis Pengembangan
Terdapat beberapa jenis pengembangan materi pembelajaran, yakni jenis penyusunan, pengadaptasian, pengadopsian, penerjemahan, dan perevisian. Di dalam istilah hak kekayaan intelektual (HAKI), pengembangan materi pembelajaran tergolong ke dalam hak cipta yang kepemilikannya ada pada pencipta. Terdapat beragam jenis ciptaan yang hak ciptanya dapat dimiliki oleh pencipta, yakni penciptaan baru, penerjemahan, pengadaptasian, pengaransemenan, pengalihwujudan, pengadopsian. Penciptaan baru merupakan karya pertama, sedangkan penerjemahan, pengadaptasian, pengaransemenan, pengalihwujudan, pengadopsian merupakan karya turunan (derivasi) dari karya pertama.
a.  Penyusunan
       Penyusunan merupakan proses pembuatan materi pembelajaran yang dilihat dari segi hak cipta milik asli si penyusun. Proses penyusunan itu dimulai dari identifikasi seluruh SK dan KD, menurunkan KD ke dalam indikator, mengidentifikasi jenis isi materi pembelajaran, mencari sumber-sumber materi pembelajaran, sampai kepada naskah jadi. Wujudnya dapat berupa modul, lembar kerja, buku, e-book, diktat, handsout, dan sebagainya.
b.  Pengadaptasian
      Pengadaptasian adalah proses pengembangan materi pembelajaran yang didasarkan atas materi pembelajaran yang sudah ada, baik dari modul, lembar kerja, buku, e-book, diktat, handout, CD, film, dan sebagainya menjadi materi pembelajaran yang berbeda dengan karya yang diadaptasi. Misalnya, materi pembelajaran IPA diadaptasi dari buku teks pelajaran IPA yang telah beredar di pasar (toko buku) yang disesuaikan dengan kepentingan mengajar guru. Penyesuaian itu dapat didasarkan atas SK dan KD, tingkat kesulitan, atau tingkat keluasan. Materi pembelajaran yang baru kita buat diwujudkan ke dalam bentuk modul.
c.  Pengadopsian
      Pengadopsian adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui cara mengambil gagasan atau bentuk dari suatu karya yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, guru mengadopsi gagasan atau bentuk model buku pelajaran IPA yang telah dikembangkan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas menjadi materi pembelajaran IPA yang baru, baik ke dalam wujud modul, lembar kerja, buku, e-book, diktat, handout, dan sebagainya.


d.  Perevisian
      Perevisian adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui cara memperbaiki atas karya yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, seorang guru IPA telah menulis buku pelajaran IPA yang dikembangkan dari Kurikulum 1994. Oleh karena sekarang kurikulum itu tidak berlaku lagi, buku pelajaran bahasa IPA tersebut tidak relevan lagi. Guru tersebut kemudian memperbaikinya berdasarkan standar isi yang sekarang digunakan.

 e. Penerjemahan
      Penerjemahan merupakan proses pengalihan bahasa suatu buku dari yang awalnya berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya ada buku berjudul ”Science Interaction” yang dipandang cocok untuk pembelajaran IPA. Buku tersebut berbahasa Inggris, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

4.  Pengemasan Materi Pembelajaran, Hak Cipta, dan Penjiplakan
Setelah berhasil mengidentifikasi materi pembelajaran dan memilih sumber materi pembelajaran, langkah selanjutnya adalah memutuskan dalam bentuk apa materi pembelajaran tersebut disajikan kepada siswa. Penyajian materi pembelajaran ini terentang mulai dari penyajian langsung dari sumber belajar (misalnya buku terbitan tertentu, koran, majalah, dan lain-lain) hingga penyajian dalam bentuk materi pembelajaran yang dikemas oleh guru (misalnya berupa hand out, diktat, buku, LKS, atau petunjuk praktikum). Petunjuk tentang pengemasan materi pembelajaran yang dikembangkan guru dapat dilihat pada seksi selanjutnya, sedangkan uraian dibawah ini difokuskan pada beberapa pertimbangan apabila pengemasan materi pembelajaran tersebut tidak sekedar dipakai siswa pada sekolah Anda, namun untuk dicetak dan dikomersialkan, dalam hal ini kita akan berkaitan erat dengan hak cipta.
Berikut ini adalah uraian tentang hak cipta, dikutip dari http://id.wikipedia.org/. Hak cipta (lambang internasional: ©) adalah hak eksklusif (yang diberikan oleh pemerintah) untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri. Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku" (Pasal 1 Butir 1).
Menurut Pasal 12 UU No 19 tahun 2002, ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; ceramah, kuliah, pidato, dan [c]iptaan lain yang sejenis dengan itu; alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; lagu atau musik dengan atau tanpa teks; drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; arsitektur; peta; seni batik; fotografi; sinematografi; terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Penjiplakan atau plagiat (plagiarism) adalah meminjam ide atau kata-kata (tulisan) dari orang lain dan menyajikan hal tersebut sebagai miliknya. Dalam dunia akademis, penjiplakan setara dengan pemalsuan data ilmiah. Tentu saja hal ini merusak tujuan pendidikan dengan melakukan penipuan terhadap pembaca, dan hal ini sangat tidak mendidik siswa. Untuk menghindari penjiplakan, Anda hanya diminta memberi penghargaan kepada orang yang idenya Anda pinjam, dengan cara sebagai berikut:
a)       cantumkan sumbernya dalam daftar pustaka;
b)       beri kutipan atau tanda yang menunjukkan sumber ide Anda, biasanya nama pengarang dan tahun terbitnya, misalnya (Widodo, 2001);
c)       jika Anda telah memberi tanda kutipan, tulis ulang dengan cermat ide atau tulisan tersebut sehingga ide utamanya tidak berubah.
V.  Bentuk Pengemasan Materi Pembelajaran
A.     Buku Teks Pelajaran
Buku teks pelajaran meliputi buku teks utama dan buku teks pelengkap. Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok bagi siswa dan guru, sedangkan buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama dan digunakan oleh guru dan siswa. Dari sisi formal, buku teks pelajaran diterbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN.
            Buku teks pelajaran seharusnya mempunyai dua misi utama, yaitu Pertama, optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Kedua, pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Teknik, metode, atau pendekatan yang dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku tidak terlepas dari keterkaitan dengan apa yang sedang diprogramkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional, yaitu bahwa buku pelajaran harus mengacu pada kurikulum yang berlaku, berorientasi pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi dan masyarakat,  serta demonstrasi dan eksperimen. Selain itu, suatu buku pelajaran harus dapat menggambarkan dengan jelas keterpaduan atau keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya. 

1.       Standar Pengembangan Buku Teks Pelajaran
Setiap buku teks pelajaran diharapkan memenuhi standar-standar tertentu. Standar yang dimaksud meliputi persyaratan, karakteristik, dan kompetensi minimum yang harus terkandung di dalam suatu buku pelajaran. Standar penilaian dirumuskan dengan melihat tiga aspek utama, yaitu materi, penyajian, dan bahasa/keterbacaan.
a. Standar yang berkaitan dengan aspek materi yang harus ada dalam setiap buku pelajaran adalah sebagai berikut.
1)       kelengkapan materi;
2)       keakuratan materi;
3)       kegiatan yang mendukung materi;
4)       kemutakhiran materi;
5)       upaya meningkatkan kompetensi siswa;
6)       pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan;
7)       materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir;
8)       materi merangsang siswa untuk melakukan inquiry;
9)       penggunaan notasi, simbol, dan satuan.
  b.  Standar yang berkaitan dengan aspek penyajian yang harus ada dalam setiap buku pelajaran adalah sebagai berikut:
1)       organisasi penyajian umum;
2)       organisasi penyajian per bab;
3)       penyajian mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan;
4)       melibatkan siswa secara aktif;
5)       mengembangkan proses pembentukan pengetahuan;
6)       tampilan umum;
7)       variasi dalam cara penyampaian informasi;
8)       meningkatkan kualitas pembelajaran;
9)       anatomi buku pelajaran;
10)   memperhatikan kode etik dan hak cipta;
11)   memperhatikan kesetaraan gender dan kepedulian terhadap lingkungan;

c.  Standar yang berkaitan dengan aspek bahasa/keterbacaan yang harus ada dalam setiap buku pelajaran  adalah sebagai berikut:
1)       bahasa Indonesia yang baik dan benar;
2)       peristilahan;
3)       kejelasan bahasa;
4)       kesesuaian bahasa;
5)       kemudahan untuk dibaca.












Berikut ini disajikan contoh beberapa halaman buku siswa (diperkecil) yang memenuhi kriteria buku teks pelajaran tersebut
Organisasi bab yang memberi gambaran iisi suatu bab
 
Kompetensi yang akan dicapai dan  menjadi acuan isi buku
 
Pertanyaan yang mengaktifkan interaksi siswa dalam inkuiri
 
Buku diawali dengan kegiatan inkuiri
 
Penyajian gambar mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan.

 
Penggunaan gaya bahasa yang komunikatif dan menggugah rasa ingin tahu siswa
 
Struktur subbab yang  sistematis memudahkan siswa melihat tujuan utama pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
 



Identitas halaman menunjang sistematisnya suatu struktur buku
 
Penggunaan notasi dan simbol
 
Penggunaan catatan tepi sebagai salah satu strategi belajar
 


Intisari subbab mengakhiri pembahasan
 
Dikaitkan dengan biologi menunjukkan materi tersebut  adalah bagian IPA yang integratif
 
Dikaitkan dengan matematika menunjukkan materi tersebut  adalah bagian sains yang integratif
 
Pertanyaan disajikan untuk mereviu isi subbab
 
Pertanyaan yang diajukan juga menyangkut keterampilan proses sains
 
Menunjukkan keterkaitan materi dengan matematikapun dapat dimunculkan melalui pertanyaan di akhir subbab
 
Isi buku juga menyajikan kegiatan yang konstruktivis apabila kegiatan memungkinkan siswa merancang sendiri eksperimennya
 




Berikut beberapa contoh buku siswa dari matapelajaran lain
  • Seni Budaya




 

























A.Tekstil dalam Kehidupan Manusia
B.Bahan Dasar Tekstil Nusantara
C.  Jenis-jenis Tekstil Nusantara



 
 
























Text Box:
  MENGENAL SEPUTAR SENI
  TEKSTIL NUSANTARA
 


M
 
 

anusia sebagai salah satu makluk penghuni alam semesta memerlukan perlindungan tubuh dari keadaan lingkungan disekitarnya.
Setelah mempelajari bagian ini kalian diharapkan bisa mengidentifikasi, fungsi keragaman tekstil tekstil dalam kehidupan manusia.

 
Kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara memanfaatkan benda yang ada di alam, dan diproses secara sederhana. Misalnya, memakai kulit binatang, kulit kayu, dan serat dari tumbuhan. Adanya penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, mendorong manusia mengolah bahan dari alam berupa serat untuk membuat kain (tekstil).
1.1
 















Tabel Identifikasi Tekstil Nusantara

Kelompok   : ........................................
Anggota      : ...........................................................................

No
Nama Pakaian
Hasil Identifikasi
Penjelasan
Asal Daerah
Fungsi
01.












02.














03.













04.
















Ÿ
A
 
 Tekstil dalam Kehidupan Manusia






B
 

 

 


GAMBAR 1-1
Pakaian menandakan status sosial mengenakan pakain
 
ila kamu cermati, bahwa dalam kehidupan manusia kain bukan hanya untuk melindungi tubuh dari perubahan cuaca atau dari serangan binatang, namun juga memiliki makna yang lain, antara lain sebagai fungsi ritual, penanda status sosial dan budaya. Semua makna tersebut didasarkan atas sistem nilai dan kepercayaan yang anut masyarakat pemakainya
Secara umum kain berfungsi sebagai pelindung tubuh dari perubahan cuaca. Kain yang tebal dipakai dimusim dingin, sedangkan yang tipis di musim panas. Disamping fungsi di atas kain juga sebagai media mengungkapkan diri. Secara fitrah manusia selalu ingin tampil indah, menarik sehingga menampilkan jatidirinya dan menarik bagi lawan jenis.
Salah satu upaya untuk tampil menarik tersebut diugkapkan melalui merias diri. Keinginan merias inilah yang merupakan alasan utama mengapa manusia berpakaian selain fungsi melindungi tubuh. Manusia ingin kelihatan cantik, anggun, gagah, berwibawa, dan menarik, untuk salah alasan itulah mengapa manusia berpakaian.


 
 

Gambar 1-2
Anak-anak mengenakan kain tenun
 
Kain juga dapat menunjukan otoritas seseorang. Diruang pengadilan, hakim menggunakan toga dari kain berwarna hitam sebagai lambang kewibawaan dan ketegasan. Demikian pula seragam tentara yang menunjukan kesan kekuatan dan ketegasan.
Busana juga dapat menjelaskan asal-usul seseorang misalnya daerah asal, sekolah, status sosial, profesi, instansi tempat bekerja, juga kelompok keluarga atau marga. Penggunaan busana untuk keperluan ini, biasanya sarat dengan atribut-atribut yang melambangkan asal-usul orang tersebut. Atribut-atribut ini dapat berupa model pakaian, corak ragam hias, warna, maupun cara mengenakannya. Misalnya baju bodho menjadi ciri khas daerah Masakasar, kain ulos dari Batak, lurik dari daerah Jawa dan sebagainya.
Kain juga dapat menunjukkan kepribadian, pengaruh, dan selera pemakainya. Kain yang digunakan oleh masyarakat pesisiran (niaga) berbeda dengan yang digunakan oleh masyarakat pedalaman (keraton). Umumnya, masyarakat pedalaman (keraton) lebih memiliki aturan/ pranata dalam berpakaian yang ketat, sehingga produk-produk yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan dan masyarakat biasa dibuat dengan aturan (pakem) tertentu pula. Kain-kain tersebut biasanya lebih sarat dengan makna dan perlambangan yang ditampilkan dengan cara simbolis dan indah. Untuk corak motif tertentu hanya diperbolehkan dipakai oleh raja dan keluarganya. Contoh, Pada masa kerajaan Surakarta sekitar tahun 1769, 1784, dan 1790 dikeluarkan peraturan (maklumat Sunan Solo) yang menyatakan corak-corak seperti Sawat, Parang Rusak, Cemukiran dan Udan Liris diberlakukan sebagai corak batik larangan yang hanya diperbolahkan dipakai oleh raja dan keluarganya.
 









Lain halnya dengan masyarakat niaga yang pada umumnya tinggal di daerag pesisiran yang sering didatangi orang-orang manca negara. Interaksi perdagangan tersebut selanjutnya melahirkan corak motif baru dalam membuat pola kain yang memiliki nilai-nilai keindahan tersendiri. Masyarakat niaga lebih terbiasa menerima hal-hal baru. Keterbukaan ini terungkat dalam aneka kain yang dihasikan cenderung lebih kaya dengan berbagai kombinasi warna dan corak ragam hias dari berbagai daerah.
Intisari subbab

 
 


Ÿ Dalam kehidupan manusia kain berfungsi untuk melindungi tubuh dari perubahan cuaca atau dari serangan binatang, dan juga memiliki fungsi ritual, penanda status sosial dan budaya.

·       Matematika
     Jajargenjang
Perhatikan gambar di samping!
Apa yang kamu pikirkan tentang bentuk tralis  jendela  pada gambar di atas? Segiempat pada tralis jendela gambar tersebut sebagai bangun jajargenjang. Semua jajargenjang itu mempunyai bentuk dan besar yang sama.
Coba sekarang perhatikan gambar berikut ini dan diskusikan dengan temanmu bagaimana  jajargenjang diperoleh dari segitiga.


 

                            





Gambar 8.14 di atas menunjukkan bahwa jajargenjang dapat diperoleh dengan menggabungkan segitiga dan hasil perputaran 180° segitiga tersebut dengan pusat perputaran pada titik tengah salah satu sisinya. Untuk lebih meyakinkan cobalah kegiatan (i), (ii), dan (iii) pada Gambar 8.14 di atas dengan menggunakan kertas dan perhatikanlah hubungan panjang sisi-sisinya serta besar sudut-sudutnya! Apa yang terjadi jika pusat perputarannya pada titik tengah sisi yang lain?
Jajargenjang juga dapat diperoleh dari persegipanjang. Perhatikan gambar berikut  ini dan diskusikan dengan temanmu bagaimana jajargenjang diperoleh dari persegipanjang.


 



Gambar 8.15 di atas menunjukkan bahwa
jajargenjang dapat diperoleh dari sebuah persegipanjang yang dipotong sebagian dengan bentuk segitiga siku-siku (segitiga yang diarsir) dan kemudian segitiga tersebut digeser searah dan sepanjang sisi yang lain. Untuk lebih meyakinkan cobalah kalian membuat gambar di atas dengan menggunakan kertas dan perhatikan hubungan panjang sisi-sisinya serta besar sudut-sudutnya!
Berdasarkan proses terbentuknya jajargenjang di muka dapat diperoleh sifat-sifat jajargenjang berikut ini.
1.  Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, yaitu //,  //, AB = DC, dan AD = BC.  Mengapa?  Jelaskan!
2.  Sudut-sudut yang berhadapan sama besar, yaitu ÐA = ÐC dan ÐB = ÐD. Mengapa?  Jelaskan!
3.  Dua sudut yang berdekatan saling berpelurus, yaitu ÐA+ÐB = ÐB+ÐC = ÐC+ÐD = ÐD+ÐA = 1800.
4.  Diagonal jajargenjang membagi daerah  jajargenjang menjadi dua bagian sama besar, yaitu luas daerah DACB = luas daerah DCAD dan  luas daerah DADB = luas daerah DCBD.
5.  Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang, yaitu AO = CO dan BO = DO.
Setelah kamu mengetahui sifat-sifat jajargenjang, maka sekarang apakah jajargenjang itu?


Dapat juga dikatakan:


 


Sekarang kamu akan mencari rumus luas daerah dan keliling jajargenjang melalui kegiatan lab mini berikut ini.










 



























Perhatikan persegipanjang di samping! Berapakah luas persegipanjang ABCD?Luas persegipanjang ABCD      = panjang x lebar

Jika luas persegipanjang ABCD disebut L, maka      

           L  = AB x BC (Mengapa?)

                                                 = 5 x 3                                                              = 15

Jadi luas persegipanjang ABCD adalah 15 satuan luas.
Jika salah satu sisi dalam persegipanjang disebut alas dan sisi yang lain disebut tinggi, maka luas persegipanjang adalah hasilkali alas dan tinggi.
Karena jajargenjang ABC’D’ dapat dibentuk dari persegipanjang ABCD, maka:

luas jajargenjang ABC’D’ = luas persegipanjang ABCD

                                           = alas x  tinggi

Jika luas persegipanjang ABC’D’ disebut L’, maka:                                  

     L’     = DC x BC 

               =  D’C’x BC, karena DC = D’C’

              = 5 x 3 = 15